Berjalan di waelolos 14/23
Siapa yang menyangka sebuah perjaanan yang awalnya tampak biasa saja menghasilkan pengalaman yang berharga? itu yang kualami ketika kami berjalan di hari terakhir kami di Labuan Bajo karena esoknya kami akan sailing keliling pulau disekitar kepulauan komodo ini.
Hari itu kami yang sudah berpindah tempat inap, bingung hendak kemana untuk berjalan-jalan. antara ke cunca (air terjun) yang sempat memakan korban (lagi) atau ke cunca satunya lagi yang lebih dekat dan jarang di dengar. Kami memutuskan untuk jalan saja dahulu karena kalo bingung biasanya ga jadi-jadi pergi. Saat di tengah jalan kami dilema antara ke kiri menuju cunca yang lumayan terkenal tersebut, atau ke cunca yang satunya lagi. Kami memilih ke arah kanan karena lebih banyak cunca yang kami temui dalam 1 kawasan.
Kebiasaan baru yang aku dan teman-temanku lakukan sejak kami mengjinjakan kaki di Sumba adalah menyapa orang yang kami temui di jalan, mau itu naik mobil, atau motor, bahkan jalan kaki, kami saling tersenyum dan menyapa. Inilah salah satu alasan yang membuat aku sangat senang dengan travelling alias jalan-jalan, pemikiran tentang indonesiaku makin terbuka dengan keramah tamahan yang menurutku tidak akan di temui di negara lain. Bahkan mereka (orang-orang yang aku temui dijalan) tak jarang memuji bahkan bertegur sapa, sangat indah. Kami melewati anak-anak SD yang baru pulang sekolah, mereka berjalan kaki masih menggunakan seragam pramuka, bergerombol. aku menyapa mereka, bak lagak artis sambil melambai-lambaikan tangan karena aku saat itu di bomcemg Mira.
Aku dan Mira tak lama berhenti di sebuah gerbang yang menunjukan kami akan memasuki desa Waelolos. Anak-anak yang kusapa tadi menghampiri kami, malunya aku karena kupikir kami tidak akan bertemu lagi hahahah. Mereka menanyakan hendak kemana kami, tapi tak ku gubris, takut di minta uang (dasar suuzon) lalu mereka mengajak kami menuju cunca Plias, Rami dan cunca Rii. aku yang naik motor dan mira tidak mau lagi bertemu dengan adik-adik bocah ingusan itu. Ketika motor mulai melaju, kami di kejar, dikejar men! dengan jalan yang berbatu sangat sulit menghindar. Kami bak artis yang datang dari kota, diteriaki senang oleh bocah-bocah itu. agak jauh dari anak-anak itu kami menemukan persimpangan, bingung.
Kami pun bertanya dengan bapak-bapak yang ada disana. bapaknya pun tak tau arah jalannya. Anak-anak tadi dapat menyusul kami dengan berlari, beberapa sudah melepas baju hingga terlihat singlet mereka. "kak ke arah sini!" seru mereka. dengan pasrah kami ikuti arahan mereka, maka sampailah kami di sebuah kampung yang kupikir kampung Waelolos. "mir, mana cuncanya?" tanyaku. "mungkin di dalam hutan itu kali". jawab mira sambil meletakan helm di motor.
"Ayo kak sini" seru mereka, "mau dibawakan ga kak tasnya" aku dan yang lain pun bingung takut barang-barang kami di jarah, atau jasa porter yang di bayar. Kami takut dengan anak SD, bocah kemarin sore. Seseorang membawa golok, kamipun bergidig mau diapakan pula kami. Dengan memohon ampunan atas segala dosa yang ada kepada tuhan yang maha esa, aku ,Mira, Hadiyyah, dan Rafi mengikuti mereka, bahkan sudah ada yang bertelanjang dada.
"kakak dari mana?" tanya mereka smabil menuntun kami ke jalan yang benar. Barulah aku tahu fungsi golok yang dibawanya untuk menebas tanaman-tanaman liar yang menghalangi perjalanan kami. Kami masuk melalui halaman bekalnag sebuah rumah panggung, hah? gratis? pikirku. "ayo kak masih 15 menit lagi kita sampai" kata salah satu bocah itu."bisa pake parang?" kata Mira bertanya . "ya bisa, sudah biasa" jawabnya.
Hadiyyah sampai duluan dengan bebrapa bocah itu. seorang anak perempuan sudah siap untuk melepas baju, ingin berenang katanya. "iih ga malu?" kata aku dan Mira, akhirnya baju kaosnya pun jadi ikut basah dibawanya berenang. sungguh lugu sekali mereka, dan sangat berani tentunya, bagaimana tidak, seorang bocah melompat dari ketinggian 4 meter terjun langsung ke air, gara-gara dia pun aku mencoba, serunya!! itu kali pertama aku melompat melawan adrenali ku. tapi siap-siap air masuk ke hidung hahah.
Mereka tentu punya nama, diantanya adalah Ilfa yang cita-citanya menjadi perawat, Sonia guru, Vera perawat, Nanda suster, Edwin jadi wartawan , Yano jadi pilot, Gibran yang menjadi polisi, amin semoga cita-cita mereka tercapai.
Mereka sempat cerita tentang anak-anak mahasiswa yang sempat KKN disana, mereka kangen dengan anak KKN tersebut, dam bilang berapa diantara aku,Mira,Hadiyyah dan Rafi mirip dengan anak KKN itu. Mereka sangat sedih ketika ditinggal anak KKN. Ilfa sempat bercerita tentang dia dan teman-temannya yang kala itu masih duduk di bangku SD kelas 2 akan berjanji sekolah sungguh-sungguh dan menyusull kakak-kakak tersebut. Sekarang ia sudah kelas 5. Mereka juga menyanyi lagu yang diajarkan, "I have a dream " judulnya, aku sempat terharu mendengar mereka bernyanyi. Kami bermian do mikado, aku memperlihatkan foto-foto kami di hari yang sebelum-sebelumnya, bahkan Sumba dan Kupang pun mereka tidak tahu, apalagi Sumatera saat aku dan mira memperkenalkan daerah kami.
![]() |
Beneran candid nih. |
![]() |
Cunca meleang yang kami liat. |
![]() |
Pemancangan yang sungguh menawan.masih asri tanpa camour tangan manusia. |
Hari itu kami sempat bermain permainan tradisional dengan mereka. tak lupa di tengah perjalanan pulang aku diajari beberapa tanaan yang aku belum tahu, dan beberapa yang sudah aku tahu, namun aku diam saja, mendengar mereka menjelaskan padaku. "kak mau bawa pulang sarang semut? bagus untuk asma" "kak mau ini?" "kak mau makan di rumah?" "kak mau itu?" banyak sekali baraang hasil hutan yang mereka tawarkan, dari burung walet, sarang semut, cokelat, ke;apa. seoalh kami akan pulang jauh.terlihat mereka sangat rindu dengan kakak-kakak KKN tersebut, bahkan ketka kami pamitpun , kulihat mereka sangat sedih. ya, mungkin suatu saat aku bisa mengunjungi mereka kembali.