Danau kelimutu 9/23 21 juli 2016
Pagi ini kami memulai perjalan jam 4 pagi. Dengan menaiki ojek kami
berangkat diantara kedinginan yang
menyelubungi daerah Moni.
“wah dek ini kecepetan, biasanya jam 5 orang
barru berangkat", kata tukang ojek yang mengantarku, namun sudahlah pikirku,
lagian takut trakingnya lama soalnya kami berempat agak lamban jalanannya (kecuali hadiyyah sih hehe). Kami sampai dan memulai perjalanan setelah
membayar tiket masuk, banyak sudah juga orang datang, kebanyakan dari mancanegara.
![]() |
Not bad, ini kamar kami yang ada di Sao Ria Bungalow |
![]() |
Kabut yang terlihat pagi itu. |
![]() |
sairway to heaven in the night. |
Saat kami sampai di puncak ,belum terkihat apa-apa.Aku menunggu dengan sabar ditengah turis turis mancanegara yang sangat excited banget, terlintas di pikiranku kemana sodara-sodara setanah airku pergi? masih mengagumi keindahaan di negri nun jauh disana kah? atau mesih belum sadar dengan keindahan yang dimiliki di negri sendiri? ya mungkin diantara pertanyaan yang terlintas di benakku ada yang menjawab ya, dan itupun haknya. Setelah 30
menit menunggu sekitar jam 6.18 matahari naik dari ufuknya barulah terlihat
kemegahan danau Kelimutu yang sering disebut-sebut orang itu.
![]() |
keliatan banget jomblonya :( |
![]() |
le bule sedang moto. |
![]() |
legendary dab style kala itu. |
![]() |
geng gong jalan-jalan |
Memang, aku akui
itu indah, katanya setelah menguping orang di belakangku yang seorang tour
guide, kami cukup beruntung karena hari itu kami bisa menikmati cahaya
matahari tanpa tertutup kabut sama sekali. Sudah 5 hari yang lalu hanya tertutup
kabut maka orang-orangpun datang hanya untuk melihat sunset bukan sunrise.Hari itu danau tidak berubah warna, layaknya darah , air pada danau tersebut berubah jika banyak oksigen pada uncak danau, tetapi hari itu mungkin kami belum bisa melihat air nya berubah,so seed.
Setelah puas menikmati pemandangan dari atas sambil menyeruput kopi tubruk di pagi hari dalam gelas bergambarkan tomat tersebut, kamipun turun, sempat melihat-lihat bapak yang jual
kain sarung flores setelah itu makan dan langsung menuju Bajawa tanpa berheti
di Ende.
![]() |
Map kawasan tersebut. |
![]() |
coffee in da morning |
![]() |
sayang banget kita ga sempet beli karena alasan budget dan Mira yang udah pengen banget. |
Kami menghentikan bus di pinggir jalan antar kota itu. Awalnya ingin
meminta bantuan dari abang penjaga Sao ria tersebut, tapi akhirnya kami bisa
sendiri. Saat di dalam aku bertemu dengan ibu yang membawa 2 anaknya yang sudah
11 tahun belum pulang dari Batam. Tiba-tiba juga ada ibu-ibu yang memegang kain
ikat sumba ku, dia terkesima dengn beentuknya, akhirnya baru tahulah aku bahwa
ibu itu adalah seorang penenun juga yang tinggal di Bajawa. Ia menenun kain
adat, dan penasaran dengan kain ikat khas sumba ku.
![]() |
SET! |
![]() |
GO! |
Kami berhenti makan siang di Ende dan bertemu dengan bule asal jerman bernama David kalo tidak salah karna dia hanya berbincang dengan Rafi saja, aku, Mira, dan Hadiyyah hanya bisa melihat rafi, malu pikir kami. Perjalanan yang penuh drama tapi mengindahkan. Ibu-ibu yang membawa anak tadi ingin diantar kan sampai rumah, tetapi tidak bisa oleh supirnya , maka kamipun agak lama berhenti untuk menyaksikan cekcok antar ibuk itu dan seluruh kru bus. Melewati jalanan yang mengarah ke laut, sungguh indah dengan pulau pulau yang ada di seberangnya. Pemandangannya pun langsung ke laut. Setelah itu menelpon kamar yang belum tau hendak dimana kami tinggal, dan David pun ikut dengan kami. Bajawa sangat dingin, berasa seperti di puncak, lalu kami makan malam dan siap siap untuk hari esok.