Bali babes

July 03, 2017


Pulang.

Kata itu yang kupikirkan ketika kakiku menginjakan kaki di bandara internasional Ngurah Rai bersama mira temanku. Memang, perjalanan kami bersama Rafi dan Hadiyyah sudah berakhir ketika kami berpisah di pesawat dan mereka melanjutkan perjalanan menuju Surabaya. Tetapi, tidak dengan aku dan Mira. Ia sengaja akan pulang setelah 3 hari 2 malam di Bali. Hari pertama hanya kami habiskan dengan kami yang beristirahat di kosanku dengan bermalas-malasan.  

Hari selanjutnya, ada rencana untuk kami menginap di Ubud, tetapi sejenak kami ragu, berakhir pada kami yang ingin melihat motel mexicola dan minum disana. Mira sempat masih ingin ke Ubud, tetapi ku bilang perjalanan kesana sekitar 2 jam dari sini.  akhirnya karena kulihat kami tidak tahu mau kemana lagi ,dengan modal nekat dan tidak membawa baju dan bekal kami membayar uang hostel dan berangkat ke Ubud tanpa persiapan apapun, bahkan casan kamera tidak kami bawa, hape ku yang baterainya kritis dan Mira yang masih full.

Alamatlah hapenya Mira kami jadikan GPS. Kami berangkat sudah agak sore sekitar jam 2 atau 3, sampai di Ubud sekitar jam 6, kalau tidak salah nama hostel yang kami pesan seven sky, lumayan, 175 k ber 2 dengan queen size bed, kamar mandi dalam (karena ada hostel yang kamar mandinya campur) dan breakfast menghadap view yang lumayan bagus, sebenarnya terdapat kolam renang , tetapi kami tidak sempat karena malamnya mira ingin menikmati penampilan tarian kecak. Aku sebenarnya sudah sempat melihat penampilan kecak di GWK, tetapi temanku merekomendasikan tarian kecak  yang ada di Ubud ini. Kami memesan tiket tersebut. 30 menit sebelum acara dimulai kursi tengah sudah penuh dengan bule yang datang untuk menyaksikan penampilan tarian yang hanya dari suara mulut tanpa addanya alat masuik itu. 

Penampilan kecak itu sangat luar biasa dan magis, karena di tampilkan  dalam sebuah pura yang sangat cantik dengan lilin-lilin yang di bariskan sebagai penanda jalan. Berkahir dengan tarian api yang sangat memukau.malam itu kami akhiri malan di sebuah restoran halal yang katanya makanan khas sumatera.

Esok nya, aku dan Mira masih sempat berjalan ke museum blanco, salah satu pelukis yang terkenal tinggal di Ubud. Lalu sempat menuju bukit campuhan.Setelah mencoba nasi campur ayam bu mangku di kedewatan, kami melanjutkan perjalanan ke Tegalalang rice field.

Hari itu berakhir dengan cepat dan kami yang menutup hari dengan makan di dekat kosanku, biar hemat ceritanya hehehe. esoknya, mira pulang :( berakhirlah cerita 23 hari perjalananku kala itu. 

Dari 23 hari itu, aku belajar tentang bagaimana ramahnya orang-orang diluar sana yang naa daerahnya saja masih awam, bahkan bentuk makanannya saja aku tidak sempat membayangkan. Betapa kayanya budaya indonesia ini, dan terlebih pengalaman bertemu orang-orang baru yang sangat menginspirasiku dalam hal berkarya, dan keindahan alam indonesia yang tidak perlu diragukan lagi.













You Might Also Like

0 comments

Popular Posts