![]() |
Tangkahan, the hidden paradise. |
Siapa yang tidak tahu Tangkahan? Surga dunia tersembunyi yang ada di daerah Sumatera Utara. Aku sudah merencanakan ini sejak lama saat aku berada di bangku S1 bersama teman-teman yang ada di Sumatera Utara seperti Jovita, Alvin, dan juga Manda. Namun, perjalanan ini terealisasi kan saat di akhir tahun 2019 di saat itu pandemi covid 19 sudah mulai diperbincangkan tetapi belum terjadi pembatasan ataupun kebijakan yang pasti dari pemerintah saat itu. Membayangkan di saat itu, rasanya jalan-jalan adalah sesuatu yang masih lumrah dan yang harus yang tidak selalu aku syukuri. Namun, sekarang melihat dari dari tahun 2022 aku merasa bersyukur ketika awal sudah sempat jalan-jalan di tahun 2019.
Perjalanan dimulai dari aku yang sudah pindah dari Bali ke Jakarta. Lalu, dari Jakarta Aku naik pesawat menuju Medan terlebih dahulu. Sesampainya di Kuala Namu, aku langsung naik kereta Bandara. Gampang dan fasilitasnya juga bersih. Tak sabar rasanya aku ingin melihat Jovita, sudah lama kami tidak bertemu mungkin sekitar 4 bulanan. Tentu saja, ketika aku dan Jovita bertemu yang kami perbincangkan dan kami lakukan adalah tentang kulineran.
Sebelum aku sampai, Jovita sudah membuat list lebih dari 10 jenis atau 10 tempat yang ingin dia dan aku kunjungi. Stasiun kereta dekat dengan mall Center Point kalau tidak salah. Jovita sudah sempat memesankan kami untuk motor sewaan, jadinya setelah ia jemput aku, kami berdua langsung menuju hotel murah yang ia pesankan. Walaupun murah, hotel ini cukup bersih. Akan tetapi, memang ukurannya lebih kecil dibandingkan hotel-hotel pada umumnya dan terletak di antara ruko. Sekilas aku melihat kota Medan yang hampir sama suasananya dengan Pekanbaru. Aku melihat ruko-ruko yang berjejeran, aku seperti melihat kota ruko. Maaf nih yaa orang medan, tapi ini hanya perspektif ku saja hehehe.
Medan tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin apa mungkin karena aku naik motor kali ya. Setelah beristirahat sebentar di hotel aku dan Jovita langsung menuju ronde pertama dari kulineran kita kami makan Padang di rumah makan Mbak Bolek. Lalu ronde kedua dilanjutkan dengan makan mie dan teh tarik di Agam. Disini disuguhkan dengan puding.Puding disini bukan puding manis ya, tapi di sini adalah puding telur setengah matang yang bisa dimakan langsung ataupun yang dicampur dengan mie. Citarasanya menarik rasa rempah dari mie nya. Sebenarnya mienya hanya mie Indomie, lalu ditambah dengan rempah atau diracik dengan khas sehingga rasanya lebih unik dan lebih nikmat.
Kalau aku sih rasanya seperti ada campuran kari sedikit dan itu enak banget! Aku sempat nyoba bikin mie ala Agam dengan menambahkan bumbu kari yang beli di supermarket dan itu rasanya hampir sama dengan Agam. Ada hal yang berbeda yang mungkin aku juga nggak bisa dapet dari resep aku sendiri. Teh tariknya juga enak creammy dan ada buih-buih yang memang teh ini ditarik. Biasanya kan kalau pesan di restoran Teh nya Teh sasetan. Nah kalau ini beneran teh tarik.
Setiap kulineran, ada satu hal yang harus diperhatikan teman-teman. Aku dan Jovita biasanya hanya memesan satu porsi di setiap tempat yang akan kita kunjungi. Kenapa? Karena kita tidak punya uang! *insert the meme here*
Engga deng hehe. Karena kalau bisa kita masing-masing pesan satu itu nantinya akan membuat kita lebih cepat kenyang. Sementara kalau misalnya kita cobain 1 bagi 2 selain hemat kita bisa mencoba dan mencicipi banyak hal saat kulineran. Nah! itu tips dari aku dan Jovita.
![]() |
Jovita makan sambil menjelaskan rencana kita. |
Kami melanjutkan dengan ronde ketiga, yaitu kami makan durian di si bolang durian. Kata Jovita durian ini enak, enggak salah sih emang enak banget! Ditambah murah. Kami hanya memesan 1 biji tapi saking murahnya itu bisa kita bungkus karena durian itu gede dan enak. Kami akhirnya membungkus kembali durian tersebut dan membawanya pulang. Sayang sekali perut sudah tidak enak di saat pagi hari kami ingin sarapan durian.
Esoknya Jovita sudah membuat list kembali ini dia listnya:
- Jam 7 ke kedai kopi apek
- Makan Kari tabona jam 9 (this is sick yo)
- Ke Tjong A Fie jam 10.30
- Ke Coffeenatics
- Makan siang mie sop methodhis/ mie sop Bu Tuti jam 2
- Ke kampung keling yok! Jam 3 (Jalan ke kuil sambil nyari roti canai di martabak sabass)
- Makan sate di Triadi atau ajo jam 6
- Malam makan Marikena
- Dessert Martabak piring atau putu bambu abis itu muntah
Pagi sekali kami makan kari tabona. Sambil menunggu kari disajikan, kami mencoba Chai pau. Kalau aku rasa sih seperti choipan versinya medan dan didalamnya terdapat pencampuran sayur yang dilapisi dengan kulit lumpia dan ini sangat enak chai paunya juga besar-besar. Kari Tabona meninggalkan impresi yang mungkin enak. Namun, dari aku dan jovita merasa kari tersebut biasa aja. Apa mungkin karena kemarin kami mencoba Agam kan dan itu adalah micin hahaha.. Kari Tabona disuguhi dengan santan bihun lontong dan ayamnya yang super besar besar.
Nah terkadang kami juga selipin beberapa destinasi yang yang mungkin tidak terpikirkan seperti kami tiba-tiba iseng ke sebuah pameran karya dan juga seni yang diadakan oleh BEKRAF. Sesuai dengan itinerary yang sudah Jovita buat kami juga ke Tjong A Fie rumahnya adalah rumah zaman dahulu keluarga keturunan Tionghoa yang hidup di Medan. Rumah ini menarik mungkin karena secara feng shui nya juga sudah diperhatikan sehingga sirkulasi udara juga sangat sejuk cahaya matahari yang masuk juga sangat bagus dan warna-warna yang dipilih walaupun sedikit nabrak tapi nggak norak.
Kayu-kayu pada jendela di cat berwarna hijau tua, sementara dinding dicat berwarna kuning keorenan ataupun berwarna krem di lantai duanya rumah ini. Aku merasa rumah ini sangat nyaman untuk keluarga besar karena di sekeliling rumah selalu terdapat tanaman kecil dengan berbagai jenis tanamannya dan ini sangat menarik. Aku suka rumah yang seperti ini. Di bagian tengah terdapat void sehingga cahaya matahari dan sirkulasi udara juga masuk. Jendela-jendela kayu menghadap ke ruangan tengah. Ketika sedang berjalan-jalan di rumah ini, tentu saja aku dan Jovita membahas mengenai arsitekturnya terlebih arsitektur pencampuran antara kolonial dan juga Tionghoa. Rumah ini juga sangat menarik karena di bagian ruang utamanya dan di bagian meja makannya di dilapisi dengan taplak meja berwarna merah dengan corak naga dan dengan keramik yang sangat menarik dengan berbagai corak namun cukup menyatu dengan taplaknya dan juga beberapa peletakan furniture yang ditata sedemikian rupa sehingga pas rasanya pas ketika masuk ke dalam rumah ini. Perjalanan selanjutnya kami mencoba mencoba beberapa dessert di Tip Top yang letaknya tak jauh dari rumah Tjong A Fie. Kalau tidak salah, sudah berdiri dari tahun 1934.
![]() |
Menggunakan hiasan kepala adat melayu. |
Setelah puas makan-makan, akhirnya kami memutuskan bertemu dengan salah satu teman kami yaitu Alvin. Alvin aslinya dari Binjai (Salam dari binje!) dan kami juga akan kesana karena kami akan menuju ke Tangkahan. Kami mau ketemu Alvin di sebuah mall dan mencoba four fingers karena aku juga belum pernah nyobain four fingers eheheh. Perjalanan dilanjutkan dengan makan masakan padang juga, tapi lupa banget dimana dan lokasinya itu terletak dekat Terminal. Seperti biasa kami juga melakukan perjalanan mendadak seperti datang ke kuil Sri Maha mariamman yang terletak dekat dengan Mall tersebut. Oh iya mau tersebut namanya Sun Plaza. Selanjutnya aentu saja aku, Alvin, dan Jovita yang suka makan ini, pergi ke nelayan Sari Laut dan rasanya enak banget terlebih dengan dimsumnya yang super duper enak banget. Coba hakau, siomay, pangsit goreng, dan aku lupa beberapa menunya yang dicampur dengan mayones.
Selanjutnya ini adalah bm-nya Jovita kami makan ayam penyet Joko Solo dan itu nikmat banget. Sebelum akhirnya meninggalkan Medan karena kami ingin ke Binjai, Aku dan Jovita makan soto Sinar pagi. Dilanjutkan dengan makan dendeng batokok di Rumah Makan Uda sayang. Tak lupa sebelum kami berangkat kami sempatkan diri ke tempat ikoniknya kota Medan yaitu Istana Maimun. Sayang sekali kalau kalian masuk ke Istana Maimun, lebih banyak orang yang jualan dan menyewakan alat seperti baju dan suntingan untuk disewakan dan berfoto-foto di istana dibandingkan istananya. Karena di beberapa tempat, terlihat jorok dan terdapat beberapa tumpukan barang-barang yang tidak terpakai. Itu pengalaman di tahun 2019 ya. Aku tidak tahu sih sekarang seperti apa penampakannya yang jelas saat itu istana ini ini terlihat sedikit kumuh dan tidak terlihat rapi seperti misalnya di rumah Tjong A Fie yang sangat tertata.
![]() |
Jovita sedang menggunakan akaian adat melayu. |
Jadi putri kerajaan dalam sehari. |
Dengan jalanan yang sangat berbatu melewati hutan dan tanah sawit. Sebenarnya aku agak skeptis dengan Tangkahan ini. Sepertinya yang aku lihat adalah sebuah Sungai namun di saat perjalanan menuju kesana banyak hutan-hutan gundul sehingga aku sangat mempertanyakan.
“Apakah ini benar-benar menuju ke tangkahan atau tidak?”
Sesampainya di sana, hanya ada satu kata : Wow! kalian Ingat tidak? Jembatan yang ada di video klipnya adu rayu. Dengan jembatan seperti itu dan bagaimana tidak tertarik dengan keindahannya ketika melihat sungai hijau yang terhampar dan hutan-hutan yang setelah melewati perkebunan kelapa sawit yang sangat gersang.
Sebelumnya aku dan juga kita sudah booking tempat untuk kami menginap. Sayang sekali kami tidak ada budget untuk menginap di terrario nya Nicholas Saputra. Padahal aku sangat berharap jika aku bisa menginap di sana mungkin bisa bertemu Nicholas Saputra. (eaaakkk) Bermimpi selama perjalanan nih. Setelah sampai dan berbincang dengan abang Kanu, sorenya kami langsung saja menyusuri hutan, bang Kanu sempat bilang hati-hati di hutan ini sangat banyak dengan pacet.
Aku, Jovita, juga Alvin tentu saja tidak siap dengan hal-hal itu. Kami hanya berpikir untuk berenang ataupun memandikan gajah saat itu dan tentu saja kaki aku, Alvin, dan Jovita diikuti banyak pacet karena kami bertiga menggunakan sandal untuk tracking dan tidak menggunakan kaos kaki. WOW! Pengalaman digigit Pacet itu luar biasa. Agak menguras mental sih sebenernya cuman lama-lama jadi terbiasa. Setelah sampai, kami berfoto dan juga Bermain air dan mencabut pacet-pacet yang menempel hahahaha.
![]() |
Pacet kesayangan. |
![]() |
Laba-laba yang di fotoin alvin. |
Memang benar saja ada 2 pacet yang menempel di belakangnya jovita. Aku sontak berteriak , “JOP!!! ADA PACET DI PANTAT KAU!!!!!!!”
Jovita langsung menoleh secara pelan-pelan ke arah ku sambil merengek menutup mata.
“HUEEEEEEEEEEE MANAAAAAAAA”
“Ambilkan aaal tolong hueeee”
Yak, sambil masih duduk di closet, aku mencoba mengambil 2 pacet yang ada di jovita, dan satu lagi kalau tidak salah di punggungnya. Kami berdua berteriak saat pacet itu lepas HHAHAHAHHA. Setelah itu gantian aku yang dicek, alhamdulillahnya ga ada yang lengket kecuali sebelumnya aku menemukan di bagian kaki dan sempat memoto pacet kecil dan gembul penuh dengan darahku tersebut wakakak.
Setelah itu kami pun beristirahat karena besok adalah hari yang banyak kegiatannya. Oh iya, malamnya sebenarnya diare ku tidak kunjung sembuh. Akhirnya aku dibikinkan obat sama bang Kanu. Obatnya adalah obat herbal, hasil ramuan dari daun yang berbentuk seperti daun sirih, namun aku lupa nama khasnya daun apa.
![]() |
Nicholas Saputra? eh bukan deng. |
Gajahnya enak banget sampe merem gitu. |
![]() |
Apa itu shower? minta tolong siramin aja~ |
![]() |
So happy bisa kenal dengan gajah dan mahoutnya. |
Esok pagi kami dimulai dengan sarapan, waktu itu kami menginap di Green Lodge Tangkahan kalau tidak salah. Hotelnya nyaman dan cukup terjangkau juga sudah termasuk sarapan. Oh iya, mereka juga menyediakan makan malam loh. Nah, pagi sekali kami langsung ke tempat pemandian gajah yang ada dibawah. Setelah membayar kontribusi untuk taman nasional gunung leuser dan bayar untuk memandikan gajah. Kami langsung turun ke sungai tempat mahout akan membawa gerombolan gajah mandi.
Oh iya ini list harga kalo teman-teman ingin berwisata di Tangkahan ya (Ini di 2019, mungkin harganya udah berubah) :
Tubing plus transport 250.000 / Orang - Ini sudah masuk makan
Tracking 250.000 / Orang - ini sudah masuk bayar abang Kanu
Mandikan Gajah 150.000 / Orang - Sudah masuk alat untuk memandikan dan makanan gajah
Menyempatkan diri untuk berenah dan dairnya sangat segar!. |
Setelah puas dengan memandikan gajah dan disiram ala-ala shower. Kami saatnya berangkat untuk tubing alias susur sungai pake ban. Ini pengalaman pertama bagi aku, Jovita dan Alvin. Menyusuri sungai yang hijau dengan arus yang tidak terlalu deras dan kocaknya lagi ketika Alvin terjatuh, airnya hanya sebetis kami. Jadi sungai itu tidak terlalu dalam. Kami melewati jembatan gantung yang ada dua sejoli di atasnya lewat ah jadinya teringat video klip adu rayu kembali (eaaak). Tiba-tiba, bang Kanu yang mengantarkan kami meminggirkan ban. Kami diajak untuk menyusuri kembali sungai di mana kami akan makan siang. Aku mersa perut sangat sakit, sehingga aku izin agar diperbolehkan untuk buang air besar terlebih dahulu. Sangat kocak kalau di ingat masa itu, karena kalau diingat-ingat tidak ada sekat pembatas. Jadinya kalau misalnya ada orang lewat di belakang mau
nggak mau ngeliatin aku dong.
nggak mau ngeliatin aku dong.
![]() |
Alvin, Jovita, bang Kanu dan Aku. |
![]() |
Bang Kanu sedang mempersiapkan ban untuk kegiatan tubing. |
![]() |
Dua sejoli yang sedng menyebrangi jembatan. |
Aku sempat diolok-olok oleh Jovita dan Alvin. Kami sampai di sungai yang ada air terjunnya yang juga tidak terlalu dalam dan di sana juga kami disuguhkan makan siang yang super cantik dengan bunga-bunga yang menghiasi di sekeliling tempat makan kami. Aku, Alvin, dan Jovita dibikinkan mahkota dari daun yang dibuat oleh bang Kanu. Cukup puas dengan makan kami melanjutkan sisa Tubing hingga akhirnya sampai ke ujung destinasi yang ingin dicapai. Dari sana, kami naik mobil menuju ke desa terdekat karena Jovita dan aku perlu membuang hajat. Namanya juga diare jadinya mau tidak mau harus cepat-cepat selalu ke WC. Setelah itu kami di desa bang Kanu sempat berbincang sama ibu beliau. Kami disuguhkan dengan sirih dan Pinang. Aku yang sempat dulu mencoba sirih dan pinang di bagian timur Indonesia sekarang mencoba di bagian barat. Cara penyajiannya beda pinang yang dipakai juga beda cuman kapur yang dipakai juga tetap sama. Aku mencoba mengunyah Pinang dan sirih. Tentu saja dengan hasil gigi yang berwarna merah.
Disiapin sama abangnya sebelum kita sampai guys~ |
![]() |
Cantik banget ga siiih. |
![]() |
Kendaraan yang kami gunakan menuju kampung bang Kanu. |
![]() |
Makan bang... |
![]() |
Bang Kanu membawa kami memancing dan juga memungut beberapa sampah dari sungai. |
Guys, biasakan untuk membuat sampah pada tempatnya ya, seperti togsampah penginapan. Jadi di keep dulu sampahnya. Ini kita mencoba munngut dekat sungai banyak buanget. |
![]() |
Hasil tangkapan ikan yang kita pancing. |
![]() |
Ini nih keliatannya tubing dari pinggir sungai. |
Belajar tentang tanaman jugaaa |
![]() |
Bang Kanu sedang membuat umpan dari buah sawit. |
Kami sampai di penginapan dan istirahat hingga besoknya kembali ke Binjai. Kami sempat melihat gerhana matahari disana. Setelah dari Binjai aku dan Jovita langsung menaiki kereta menuju Rantau Prapat kampungnya Jovita.
Di Rantauprapat aku disambut dengan sangat baik oleh keluarganya Jovita dan juga disuguhkan makanan-makanan enak yang juga aku suka. Aku dan Jovita sempat bermain ke SD-nya dan juga melihat kenangan kenangan masa lalu Jovita di Binjai. Ia pun bercerita tentang yang ia dilakukan misalnya naik ojek dengan objek yang sama yang mengantarkan kami ke mall yang ada bioskopnya. Aku dan dua adiknya Jovita juga sempat menonton bioskop bersama. Sungguh kalau diingat-ingat di Rantau Prapat kocak juga sih nemenin Jovita kemana-mana.
Main ke SD nya Jovita, katanya : "Mash persis seperti dulu". |
Dari Rantau Prapat aku langsung naik bus diantar oleh Papanya Jovita waktu itu sudah malam menuju ke Pekanbaru yang hanya 8 jam dari Rantau Prapat. Rasanya agak nekat juga sih malam-malam dengan lintas Sumatera menuju Pekanbaru. Aku lalu dijemput nenek dan ibu hingga akhirnya sampai di rumah dengan selamat.
Kesan selama perjalanan di Sumatera Utara sungguh sangat bercampur, banyak keluarga yang aku temui seperti keluarganya Jovita keluarganya Alvin. Oh iya aku juga sempat ketemu Amanda sebelum akhirnya Kami bertiga menuju ke Binjai. Amanda sebenarnya tinggalnya lumayan cukup jauh Kalau tidak salah sekitar 15 hingga 30 menit dari kota Medan. Kalau diingat lagi jadinya kangen deh sama temen-temen yang ada di sana, apalagi kalau misalnya tempat kulineran nya karena rasanya juga enak. Aku berharap suatu hari nanti bisa kembali lagi ke Medan.
![]() |
Aku, Alvin, Manda dan Jovita saat bertemu di Medan. |