The story of my analog camera.

February 10, 2016

Memang akhir-akhir ini banyak kita temukan pengguna kamera sony dan Fujifilm yang sedang booming dan lagi in, apalagi pengguna kamera analog. So, the reason I write this article because I want to tell you guys about my story with this analog camera.

Kamera Analog sendiri adalah salah satu kategori kamera yang dalam tehnik pengambilan gambarnya, masih menggunakan film seluloid. Film seluloid ini mempunyai tiga buah elemen dasar, yaitu elemen optikal yang berupa berbagai macam lensa, elemen kimia berupafilm seluloid itu sendiri, serta elemen mekanik yang berupa badan dari kamera itu sendiri. Selain itu, kamera analog membutuhkan bukaan diafragma 1/f detik, sehingga cahaya yang ditangkap, bisa diterimaoleh film tersebut menjadisebuah gambar.

Di dalam kehidupan masyarakat, kamera analog ini biasanya lebih akrab dengan sebutan kamera film. Hal ini disebabkan karena penggunaan film pada kamera tersebut, sebagai media perekam atau penyimpanannya. Film tersebut juga biasa dikenal dengan sebutan klise atau negatif.

Permulaan paling awal aku suka menggunakan kamera vintage ini adalah ketika aku membeli kamera Diana F+ yang ternyata menggunakan roll 120mm dan waktu itu aku masih bersekolah di Pekanbaru waktu aku membeli kamera itu sekitaran kelas 2 SMP mungkin tahun 2011 ato 2012. Well, Its kinda fail coz aku gatau penggunaan roll 120mm dan di pekanbaru jarang banget ada yang jual roll itu, waktu itu aku ke asia baru photo yang punya took tersebut cerita kepadaku dia pernah membeli roll itu tapi yang black and white di Singapore , tapi udah lama banget kadaluarsanya kalau tidak salah tahun 2008,akhirnya aku dikasih gratis sama penjual took tersebut karena aku udah ga pake lagi yeeeyy. Well, karna aku baru sekali nyobain jadi ya ga keluar hasilnya, Cuma kaya garis garis ga jelas doang, kamera Diana sendiri kalo ga salah termasuk jenis kamera lomo dan seperti kamera mainan soalnya ringan dan ga pake batre, yang pake batre paling cuma flashnya. Akhirnya, kamera itupun kujual karna rada ribet pake film 120mm dan jarang banget ada di Pekanbaru, adanya mesen dan tukang cuci di Pekanbaru jarang dan susah banget.

Awal mula aku menggunakan kamera analog ini adalah ketika aku berjalan-jalan di dekat daerah kawasan Mangga Dua , saat berjalan aku melihat banyak sekali yang menjual kamera kokang (kamera jadul) yang menurutku sangat unik tersebut. Aku berhenti di salah satu toko dengan penjajalnya bapak-bapak yang sudah berumur yang sedang menawarkan kameranya, aku bertanya iseng, “Pak kamera apa yang bagus untuk saya pakai, dan ini kamera lama ya?” , dengan mengangkat salah satu kamera ia tawarkan aku merk YASHICA FX-3.Awalnya sih cuma iseng dan ada uang tabungan ku yang baru saja aku ambil dari atm, tapi ga tau kenapa aku langsung tertarik dengan penawaran bapak tersebut. Setelah nego, aku dapat kamera plus dapet flash merk MINOLTA, I’m so happy!
Saat beli aku gatau gimana cara pakenya, yang jelas, aku taunya itu pake film dan yang menariknya lagi baik kamera maupun flashnya mash menggunakan batre, dan itu unik banget menurutku dan kembali lagi pada jaman dahulu.  Ibuku mengomel setelah tau aku beli kamera tersebut, soalnya mendadak sih , tapi tidak apa karna belinya pake uang tabunganku sendiri. Setelah itu ibu bertanya mengapa aku mau beli kamera jadul alias ketinggalan jaman itu, ya menurut ku karna unik aja, dan sebelumnya aku sudah membeli kamera Polaroid yang harganya juga lumayan, tapi ya karna sudah hobi dengan kamera jadi ya tkidak apa.

Aku mencobanya sekali dan hasilnya tidak memuaskan alias buram dan aku gatau waktu itu gimana cara gunainnya, tapi setelah baca baca di internet, sekarang aku mengerti dan hasilnya juga menunjukan peningkatan juga. Film yang aku gunakan juga kebanyakan yang kadaluarsa alias biasanya iso atau sensitifitas pada cahayan ya juga menurun , tapi terkadang ada efek yang aku suka sekali pada film kadaluarsa, yaitu efek kehijauan yang menjadikan hasil hasil karyaku terkesan jadul dan vintage. Tapi alasan pertama ku memilih film kadaluarsa ya karna harga filmnya murah HEHEHE.

Well, jadi intinya, kalo kamu enasaran sama sesuatu seperti pengen coba kamera vintage ya cobain aja , siapa tau suka. Oh iya, bucket list aku selanjutnya adalah gramophone, aku tertarik banget pas pergi ke pasar santa, dan piringan hitamnya yang harganya rata-rata 100-200 ribu dan antik banget. Kira-kira harganya brp ya? Hmm.

So, this is it, ada beberapa hasil shoot aku menggunakan superkadal alias superia kadaluarsa, hope you guys like it!

Cheers,
Alya



Yang ini sayang banget soalnya ini ke 2 kalinya aku nyobain analog setelah yang pertama kali pas kelas 2 SMA, ini aku ambil tahun ini , kekurangan cahaya jadinya begini, tapi emang tempatnya rada gelap sih. ini foto ibu-ibu pembatik yang sedang membatik di salah satu pabrik batik di Solo.

Jalanan di kampung batik.



Foto yang diambil oleh ibuku saat kami pergi ke sungai hijau.

Sebenernya this foto is kinda fail, soalnya rollnya ga jalan jadi nimpa satu gambar dengan gambar lainnya, waktu itu aku lagi motoin orang lagi turun dari bis, dan suasana pasar, tapi menurutku this is piece of art, soalnya jadi unik gitu jatohnya. Taken in Ramayana Pekanbaru, 2016.

Ramayana adalah pusat perbelanjaan yang biasanya ibu-ibu suka belanja, tapi karna kebakaran, akhirnya semua toko dipindahkan di depannya.

Jalanan di Pekanbaru, btw ada sate padanya loh ngeheheh.











Back to Bali again.


Kebiasaan dari dulu, take selfie in mirror, tapi ini versi take it to the next level.



You Might Also Like

0 comments

Popular Posts