Hi guys! Tulisan ini merupakan hasil dari kawan perjalananku, Setyawan Koga (ig : @setyawankoga) dan beberapa pengalamanku. Beberapa hasil foto didapat dari Dimas (ig: @dimasradixia) dan Jovita (@jovitachiara).
TERSESAT
Pulau ini cukup besar dan eksplorasi yang menyenangkan segera dimulai. Kami berniat berkeliling pulau dengan motor yang sudah kami sewa sebelumnya. Dengan formasi biasa, Koga bersama Jo, Dimas dan Aku. Aku Sempat mengecek beberapa hal di internet yang bisa dikunjungin di pulau ini dan tujuan utama kami ialah air terjun.
Matahari sudah tepat diatas ubun-ubun, panas mulai menyengat dan kami belum juga sampai ketempat tujuan. Jo memantau dari Google Maps, katanya tujuan kami masih cukup jauh dan hal yang tak kalah mengejutkan adalah ketika aku dan Dimas tertinggal jauh di belakang. Emang dasar mang-mang resing motor, si Koga kalau bawa motor selalu ngebut. Untungnya sempat terkejar dan kami lalu mengisi bensin sejenak.
Puncak ketegangannya ketika Google Maps, Error!!!
Kami masih ditengah perjalanan menuju air terjun yang kami cari, di tempat yang belum kami kunjungi sebelumnya, Google Maps tidak berfungsi dan malah ngaco kesana kemari. Anehnya pada saat itu, aku tidak terlalu panik, toh kalau misalnya bingung tinggal menanyakan dengan warga setempat. Koga sendiri cukup kesal karena telah dibohongi sebuah teknologi yang paling canggih pada abad ini hahah. Hal yang membuatnya lebih kesal lagi ketika ia medengarkan suara mbak-mbak Google yang datar memberikan arah jalan, ya harap maklum aja ya.
Mungkin orang dari google nya belom sampe ke daerah ini dan pada akhirnya kami syukuri setelahnya, daerah ini belum terlalu banyak pengunjung sama sekali sehingga tidak ada sampah sekalipun dipinggir jalan. Kami terdiam disebuah perkampungan dengan sistem drainase dengan menggunakan bilah-bilah bambu untuk mengalirkan air.
“Tenang Jo, saya punya yang lebih hebat dari Google Maps” ucap Koga kepada Jo, seraya menghentikan motor. Aku dan Dimas mengikuti saja apa yang dilakukan Koga dan Jo. Koga menghampiri seorang bapak.
“Maaf pak, kalau air terjun disini disebelah mana ya pak?”, tanyanya.
“Oh, lurus putar balik dek, terus belok kiri, nanti tanya lagi orang yang disana”, Kata bapak tersebut sambil menunjuk arah sebaliknya dari arah kami datang.
“Terima kasih pak”, Koga dan Dimas langsung menancap gas motor kembali.
“Tuh kan canggih, masih ada Bibir Maps, hahahah”, Kata Koga kepada Jo, Jo ikut tertawa.
Dalam perjalanan terkadang cara yang kita pikir cepat untuk di kota akan kalah dengan cara-cara konvensional di tempat seperti ini. Pada akhirnya seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, bahwa esensi dari sebuah perjalanan adalah apa yang kita dapatkan, hal itulah yang perlu kita syukuri. Kami sampai di sebuah air terjun yang berbeda dari rencana destinasi awal. Bukan yang ada di internet, ini adalah air terjun yang sangat tersembunyi, bahkan air terjun ini terbagi lagi menjadi dua bagian. Kami sama sekali tidak tahu nama air terjun ini. Untuk menuju kesana kita perlu menaiki bukit dan membelah kebun milik warga sekitar.
FORMASI ALAMI
Hal ini mengenai formasi alami yang aku dan ketiga kawanku sadari sedari pulang dari air terjun, bawah setiap eksplorasi yang kami lakukan, Koga selalu berada paling depan, Jo mengikut dibelakangnya, Aku dan yang paling ujung belakang adalah Dimas. Mungkin tanpa kami sadari ini adalah formasi yang paling ideal, karena jika yang paling depan laki-laki, kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan bisa menghindarr dengan cukup cekatan dan segera menginformasikan ke kawan yang ada di belakang. Hal itu juga berlaku pada laki-laki yang berada dipaling belakang, melindungi jika ada hal yang tidak diinginkan terjadi pada kawan yang berada di depannya, selain itu menjadi pertahanan dari sudut yang paling riskan.
Formasi kedua adalah aku yang mencari sumber informasi kemana kami hendak pergi, Dimas sebagai penasihat dan yang mengabadikan momen, Jo menjadi seorang penghibur yang siap untuk dibercandai, dijahili, di-bully, dan dihujat. Ia menjadi sasaran utama kami hahahah. Koga menjadi seksi keuangan karena dia sangat memikirkan sekali apa saja yang perlu digunakan saat berbelanja dan memilih makanan. Namun ia tidak seksi seperti model Victoria Secret hahahah. Apasih.
Oke, dan ini formasi yang spesial pake telor. Adalah formasi keluarga dan seorang sepupu. Aku sebagai Ibu, Dimas sebagai Ayah, dan Jo sebgaai anak, sementara Koga sebagai sepupu. Ini formasi yang banyak orang kira, bahkan Kak Ovie yang nanti aku ceritakan, mengira Aku, Dimas dan Jovita adalah sebuah keluarga hahaha. Setelah kupikir lagi, ini antara memang muka Jo yang imut dan Dimas ynag mukanya kebapakan ATAU AKU YANG KETUAAN?!
Keluarga ini terimplementasi saat tidur, Koga selalu di tempat yang berbeda, sedangkan Aku, Jo dan Dimas di tempat yang sama. Selain itu hal yang membedakan ialah karena Aku satu kampus dengan Jo dan Dimas, sementara Koga yang beda kampus, ditambah dengan umur Koga yang paling muda hahahha.
Oh iya, selama perjalanan kami mengumpulkan uang Rp.200.000,- untuk setiap orang dipakai bersama sebagai dana akomodasi, jadi beli tiket ga perlu mikir-mikir lagi deh, tinggal beli langsung berempat. Nah, untuk makan ditanggung sendiri, kecuali kalau kamu punya teman anak sultan yang mau bayarin gapapa kalo ditanggung dia hahaha becanda. Oke sip garing. Kami juga selalu berpikir untuk selalu irit dalam membeli makanan, yang utama itu bukan enak, tetapi banyak.

Kota Tahuna dari Puncak Pusunge.

Kota Tahuna dari Puncak Pusunge.

Oke, jadi yang paling depan Koga, Jo, aku , baru yang fotoin ini adalah Dimas.

Aku, Jo dan Dimas. Sobat UNUD hahaha.

Aku, Jo dan Koga. Sobat Kabalutan.

Jalan yang kami lewati menuju puncak Pusunge, mulus.
Cerita ini akan berlanjut pada post blog selanjutnya.
Banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah menemani kami dalam
perjalanan ini. Rasa kekeluargaan yang saya rasakan sungguh luar biasa, mau
kenal tidak kenal . Pada akhirnya torang semua bersaudara. Hal-hal menyenangkan
lainnya tanpa disadari akan berlanjut hingga kami sampai Miangas pun
sebaliknya. Tunggu cerita selanjutnya ya!
Spread the Love!
Alya.
Kota Tahuna dari Puncak Pusunge.
Kota Tahuna dari Puncak Pusunge.
Oke, jadi yang paling depan Koga, Jo, aku , baru yang fotoin ini adalah Dimas.
Aku, Jo dan Dimas. Sobat UNUD hahaha.
Aku, Jo dan Koga. Sobat Kabalutan.
Jalan yang kami lewati menuju puncak Pusunge, mulus. |
Cerita ini akan berlanjut pada post blog selanjutnya.
Banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah menemani kami dalam
perjalanan ini. Rasa kekeluargaan yang saya rasakan sungguh luar biasa, mau
kenal tidak kenal . Pada akhirnya torang semua bersaudara. Hal-hal menyenangkan
lainnya tanpa disadari akan berlanjut hingga kami sampai Miangas pun
sebaliknya. Tunggu cerita selanjutnya ya!
Spread the Love!
Alya.