Paginya kami sudah bersiap-siap untuk berangkat ke Denge menggunakan mobil travel. Supir yang membawa kami sangat ramah, bahkan ibuk-ibuk yang
berangkat bersama kami menuju Denge tidak berhenti-henti untuk cerita yang aku
tidak tahu artinya karena menggunakan bahasa maggarai. Sesampainya kami di Ruteng, bingung juga menggunakan apa kami ke desa Denge, akhirnya kami
menggunakan mobil travel lagi yang diantar dari adik mertua bapak supir
tersebut. Sempat bingung bang Rino supir kami saat menuju ke Denge, mungkin dia
belum pernah kesana pikir ku. Kami bahkan sempat tersesat dan salah jalan.
Melewati jalanan yang ada lumpur keting tinggi tanda bahwa jalanan itu sering
dilalui otto kayu. Seharian lamanya kami di perjalanan sampe jam 3 sore di
kampung denge. Selama perjalanan kami melihat sawah, laut dan perbukitan, kami
disamput oleh ibu Blasius di penginapan sementara. esoknya perjalanan menuju negri di atas awanpun akan tiba.
Kampung bena 9/23 22 juli 2016
Kami sangat kebingungan pagi itu, bagaimana tidak? Motor untuk kami jalan
tidak ada, maka tiba –tiba datang seorang pemuda yang menawarkan jasanya,
alhamdulillah nya dia dapat tamu bule sehingga kami dapat menyewa motor nya tapi
kami sudah lelah sekali. sudah seminggu lebih aku berjalan di tanah orang dan baru 7 jam lamanya dari Moni ke Bajawa.
Jam 10 kami memulai perjalanan ke kampung Bena dengan menggunakan motor sewaan
dengan jarak 1,5 jam dari kota Bajawa. Setelah sampai ,kami keliling kampung,
bercengkrama dengan ibu-bu kampung, aku mencoba menenun.
Mama-mama disana
sangat baik, mereka menawarkan untuk mengajari cara membuat kain tenun tanpa harus dibayar atau pun di balas
jasanya, aku juga mencoba makan sirih dengan pinang. Beda halnya dengan sumba,
sirih pinang disini menggunakan daun sirih dan pinang yang masih fresh juga
kapur dingin. Asik sekali aku mengunyah sirih pinang itu.kalau disumba sirih
pinang yang di beri adalah buah sirih dan pinang kering.
![]() |
si ibu sedang menenun kain yang diwarnai dengan bahan-bahan alami seperti nila dan kunyit. |
![]() |
Lagi ngajarin anaknya hahaha. |
![]() |
btw, kain-kain disini semua buatan nya handmade loh, makanya ga jarang kalo harganya mahal, wong sususah buatnya, dari mulai di pintal, di warna , sampe di tenun! |
![]() |
Aku nyobain 2 kali makan sirih pinang soalnya, ketagihan hehe. |
![]() |
Nenek yang menawari kami makan sirih pinang. |
Teman teman ku sibuk
memilih kain untuk oleh oleh . aku tidak membeli karena alasan budget juga,
yang penting pengalamannya. saking senangnya aku disana sampai lupa waktu , sudah
menunjukan pukul 2 siang akhirnya kami makan siang dahulu di kota Bajawa.
Bingung hendak kemana selanjutnya, antara ke air terjun Oghi yang pernah
memakan korban jiwa, atau pemandian air panas di Soa yang agak jauh tempatnya.maka
pilihan kami jatuh ke air panas Soa, karena menurutku sudah pegal pegal masa
tidak ke pemandian air panas?
Sesampainya disana sudah agak sore maka aku dan
mira tidak mandi karena kami tidak membawa baju ganti, sedangkan hadiyyah dan
rafi tidak mempermasalahkan itu, menurut mereka bisa keering di jalan. Tapi
penyesalan datang kemudian, dingin menusuk di daerah Bajawa itu datang ketika
mereka menaiki motor dengan baju yang bawsah-basah. Untunglah lemak mereka
banyak sehinga tidak masuk angin hahaha. Hari itu diakhiri dengan kami yang makan
malam secara terpisah. Karna di jalan yang gelap tidak keliatan lagi mereka.
so, that's it! hope you enjoy with some narcissism hehe, no i mean great shoots that whether my friend's and I taken. You can check them out on Instagram: @hadhiyyah and @almirafl also @rahardianrafi . Just wait for my nextstories! I have bunch of 'em.
Stay Groovy,
Alya.
Danau kelimutu 9/23 21 juli 2016
Pagi ini kami memulai perjalan jam 4 pagi. Dengan menaiki ojek kami
berangkat diantara kedinginan yang
menyelubungi daerah Moni.
“wah dek ini kecepetan, biasanya jam 5 orang
barru berangkat", kata tukang ojek yang mengantarku, namun sudahlah pikirku,
lagian takut trakingnya lama soalnya kami berempat agak lamban jalanannya (kecuali hadiyyah sih hehe). Kami sampai dan memulai perjalanan setelah
membayar tiket masuk, banyak sudah juga orang datang, kebanyakan dari mancanegara.
![]() |
Not bad, ini kamar kami yang ada di Sao Ria Bungalow |
![]() |
Kabut yang terlihat pagi itu. |
![]() |
sairway to heaven in the night. |
Saat kami sampai di puncak ,belum terkihat apa-apa.Aku menunggu dengan sabar ditengah turis turis mancanegara yang sangat excited banget, terlintas di pikiranku kemana sodara-sodara setanah airku pergi? masih mengagumi keindahaan di negri nun jauh disana kah? atau mesih belum sadar dengan keindahan yang dimiliki di negri sendiri? ya mungkin diantara pertanyaan yang terlintas di benakku ada yang menjawab ya, dan itupun haknya. Setelah 30
menit menunggu sekitar jam 6.18 matahari naik dari ufuknya barulah terlihat
kemegahan danau Kelimutu yang sering disebut-sebut orang itu.
![]() |
keliatan banget jomblonya :( |
![]() |
le bule sedang moto. |
![]() |
legendary dab style kala itu. |
![]() |
geng gong jalan-jalan |
Memang, aku akui
itu indah, katanya setelah menguping orang di belakangku yang seorang tour
guide, kami cukup beruntung karena hari itu kami bisa menikmati cahaya
matahari tanpa tertutup kabut sama sekali. Sudah 5 hari yang lalu hanya tertutup
kabut maka orang-orangpun datang hanya untuk melihat sunset bukan sunrise.Hari itu danau tidak berubah warna, layaknya darah , air pada danau tersebut berubah jika banyak oksigen pada uncak danau, tetapi hari itu mungkin kami belum bisa melihat air nya berubah,so seed.
Setelah puas menikmati pemandangan dari atas sambil menyeruput kopi tubruk di pagi hari dalam gelas bergambarkan tomat tersebut, kamipun turun, sempat melihat-lihat bapak yang jual
kain sarung flores setelah itu makan dan langsung menuju Bajawa tanpa berheti
di Ende.
![]() |
Map kawasan tersebut. |
![]() |
coffee in da morning |
![]() |
sayang banget kita ga sempet beli karena alasan budget dan Mira yang udah pengen banget. |
Kami menghentikan bus di pinggir jalan antar kota itu. Awalnya ingin
meminta bantuan dari abang penjaga Sao ria tersebut, tapi akhirnya kami bisa
sendiri. Saat di dalam aku bertemu dengan ibu yang membawa 2 anaknya yang sudah
11 tahun belum pulang dari Batam. Tiba-tiba juga ada ibu-ibu yang memegang kain
ikat sumba ku, dia terkesima dengn beentuknya, akhirnya baru tahulah aku bahwa
ibu itu adalah seorang penenun juga yang tinggal di Bajawa. Ia menenun kain
adat, dan penasaran dengan kain ikat khas sumba ku.
![]() |
SET! |
![]() |
GO! |
Kami berhenti makan siang di Ende dan bertemu dengan bule asal jerman bernama David kalo tidak salah karna dia hanya berbincang dengan Rafi saja, aku, Mira, dan Hadiyyah hanya bisa melihat rafi, malu pikir kami. Perjalanan yang penuh drama tapi mengindahkan. Ibu-ibu yang membawa anak tadi ingin diantar kan sampai rumah, tetapi tidak bisa oleh supirnya , maka kamipun agak lama berhenti untuk menyaksikan cekcok antar ibuk itu dan seluruh kru bus. Melewati jalanan yang mengarah ke laut, sungguh indah dengan pulau pulau yang ada di seberangnya. Pemandangannya pun langsung ke laut. Setelah itu menelpon kamar yang belum tau hendak dimana kami tinggal, dan David pun ikut dengan kami. Bajawa sangat dingin, berasa seperti di puncak, lalu kami makan malam dan siap siap untuk hari esok.
Pantai koka dan
moni 8/23 20 juli 2016
Pernah ngerasain ga rasanya sebuah perjalanan itu jauh namun indah pada akhirnya? itu yang aku rasakan saat perjalanan ke pantai Koka dengan jarak tempuh 2 jam dari tempat kami menginap, lalu kembali lagi ke Beng goan karena kami akan menaiki bus menuju ke destinasi sebelumnya.
Pagi sekali kami
sudah bangun sekkitar jam 5 pagi . Berjalan di
kota Maumere melihat kegiatan pagi hari itu, masih sepi hanya ada
bebrapa orang tua yang sibuk mengantarkan anaknya pergi ke sekolah. Seorang
kakek dengan cucunya yang agak lasak tidak mau diam, bahkan ketika cucunya
menangispun sang kakek bingung harus bagaimana, namun terlihat jelas dimata
kakek itu bahwa ia sangat menyayangi cucunya.
Pasar di depan penginapan msih
sepi, hanya penjajal sedang bersiap-siap menjualkan barangnya, ibu-ibu degan
sarung khas Flores itu melipat kainnya hingga betis mereka pun kelihatan.
Tukang ojek belum siap mangkal, masih terbuai mimpi mereka, barangkali mimpi
mengojek dengan motor Harley dan penumpang yang banyak. Setelah puas bingung
dengan apa yang kami lakukan dengan berjalan malas menyeret kaki, kami melewati toko kue yang menjual kue yang susdah dimasak dari subuh, berhentilah kmi sarapan pagi di
rumah makan yang didepannya tertulis "menjual pempek Palembang" tapi yang ada hanya nasi campur.
Nafsu makan ku agak berkurang kala itu, bagaimana tidak? Seharudsnya dari jam 7
tadi kami sudah berada di jalan menuju pantai Koka, tapi motor pun kami belum
ada, pada jam 8 pagi berangkatlah kami menggunakan motor sewaan yang abangnya awalnya
masu dibayar seharga 55 ribu, namun pas tau kami dari pantai Koka , dia
meminta duit bensin seharga 30 ribu. Sialan, bensin secuil itu bias dibayar dengan harga 10 ribu saja, dasar mau untungnya saja, malas kami ribut di
tanah orang, kami bayarkan saja itu, walaupun tidak rela di dalam hati.
Kembali ke perjalanan pantai Koka. Agaknya 1,5 jam kami berjalan mulai dari
melewati Aimere dengan pinggiran pantai hingga melewati bukit yang turun
naik dan berkelok-kelok jaraknya 28 km kami sampai dengan selamat di pantai yang disebut-sebut pantai indah. Pantainya begitu
sepi, tidak terdapat sampah, namun ombak yang menggulung tinggi sehingga tidak
memungkinkan untuk berenang, pantai itu memiliki 2 sisi dengan dipisahkan bukit
yang menjulang tinggi, karena penasaran ingin melihat dari atas, kamipun naik ke
bukit dengan membayar uang pemeliharaan 5 ribu rupiah.
Dari ombak aja menjauh, apalagi dari kenyataan? HA. |
Tangganya terbuat dari
bambu yang di paku pada akar akar pohon yang ada dengan pijakan karung yang
diisikan pasir. Agak ekstrim sebenarnya tapi apa boleh buat demi pemandangan yang
indah. Sesampainya kami diatas tidak salah memang kami melewati tangga ekstrim
itu. Walaupun agak terik matahari yang menyambar, juga panas, pantai itu memang
indah. Dari bukit kita dapat melihat 2 sisi dari pantai itu, puas kami melihat
pemandangan, akhirnya turun. Sebentar sekali kami di pantai karena siangnya
kami sudah harus sampai di Maumere dan siap berangkat ke Moni. Awalnya kami mau
mengunjungi juga pantai Paga dan bukit Nilo tetapi karena alasan waktu akhirnya
meilih untuk pulang ke Maumere. Dengan waktu total 3 jam pulang pergi. Sampai
di Moni kami makan siang dan siap naik bus travel dengan harga 100 ribu.
Malamnya kami menginap di sao ria bungalow.
Hari itu kami semua berangkat menuju bandara Eltari Kupang. Setelah kurang lebih 45 menit kami
akhirnya sampai di bandara di Maumere. Sejenak kami bingung ingin kemana kami sebenarnya
di larantuka, namun akhirnya kami dapat naik taxi yang awalnya 50 rb per kepala
menjadi 150 rb untuk ber 4. Destinasi awal kami adalah taman doa dan gereja
katedral yang ada disana. Namun, waktu tidak mencukupi maka kami hanya di
katedral saja, setelah itu kami diantarkan ke bus travel mini dengan tarif60
rb dan pungli 5 rb (hahah) berangkatlah kami menuju Maumere sekitar kurang lebih 3 jam.
Setelah penumpang terisi penuh kamipun berangkat, sesampainya di Maumere, agak
bingung hendak tidur dimana akhirnya pilihan kami ke beng goan hotel padahal
pas mira kasih tau aku mengira namanya bengkoang hahah. Setelah sampai kami
melanjutkan perjalanan jalan-jalan dengan menyewa motor yang ada di depan hotel, well setelah itu kami ke tanjung Maumere atau pantai Kajuwulu.
Nampaklah dari kejauhan patung salib tinggi besar dengan keramik putih sebagai
pelapis terluarnya, berdiri diatas bukit. Awalnya aku bingung bagaimana cara
sampai keatas sana? Apakah memanjat atau bagaimana, namun sering kami mendekat ke arah patung terlihatlah ada tangga yang terbuat dari semen yang menuju puncak bukit
tersebut. Setelah puas kami menikmati pemandangan yang disuguhkan
sore itu kami pun melanjutkan perjalanan tanpa melihat sunset karena motor yang
kami gunakan sangat ekstrim. Dimodifikasi sedemikiann rupa sehingga lampu pun
tak mau nyala, rem berbunyi dan sen
yang tak hidup. Terlihat motor ini seperti badan keing kerontang karna besi
utama pada stangnya terlihat jelas dengan kabel-kabel melilit daintaranya. Agak ekstrim memang motor ini, amun itu adalah tantangannya (well said). Sayang, kami tidak sempat singgah ke kampung di sekitar Maumere, padahal kampung tersebut adalah yang ooaling terkenal dengan hasil olahan kaainnya. Agak
sore menjelang malam kami makan ikanbakar di dekat belabuhan L.say. setelah itu
beristirahat di penginapan.